Rumah, 23 Feb 2012.
Kurang lebih satu setengah jam dari rumah saya untuk bisa sampai kesana. Pada awalnya hanya sekedar ingin tahu penelitian seperti apa sih untuk skripsi yang sedang disusun oleh adik saya yang berstatus sebagai mahasiswa disalah satu universitas negeri favorit no. 1 di Indonesia. Kebetulan adik saya sudah beberapa kali berkunjung ke tempat tersebut. Dan, kami pun sampai di rumah daerah cililitan, tepatnya di gang ciliwung jakarta timur. Rumah yang sangat adem ayem dan membuat siapa saja yang berkunjung kesana akan merasa nyaman. Bukan hanya kondisi rumahnya, tapi sambutan dari tuan rumah yang sangat ramah dan hangat.
Beliau adalah ibu Sri yang menyambut kami di rumah tersebut, wanita yang mungkin seumuran nenek saya karena sudah mempunyai cicit dan terlihat masih sangat bersemangat dalam hidup. Masuk kedalam rumah, dan saya melihat ada beberapa ibu-ibu yang sedang berkumpul dan seperti sedang membuat sesuatu, dan waw ternyata mereka sedang membuat sesuatu dari sampah plastik!!
Sekitar 6 orang ibu-ibu, ada beberapa yang sedang melipat dan membentuk bungkus plastik tersebut, ada yang sedang menjahit dan ada yang mencoba mengkreasikan bentuk baru. Saat ini mereka sedang mengkreasikan bentuk tas yang tangkai / pegangan tangkainya dibuat dari plastik juga. Karena sebelumnya mereka membuat tas dengan pegangannya dibuat dari rantai yang menurut mereka hal itu cukup boros, maka untuk mengurangi biaya maka mereka mencoba membuat sesuatu yang lain dari yang sudah pernah mereka buat. Bungkus plastik tersebut pun bermacam-macam, ada yang bungkus kopi, bungkus minyak dan bungkus sabun cuci. Mereka berkumpul di rumah ibu Sri yang merupakan base camp mereka sekitar 3x dalam satu minggu.
Mengobrol dengan mereka sambil melihat mereka membuat sesuatu, dan hanya satu yang saya pikirkan.. kreatif!!
Pada awalnya mereka hanya ibu-ibu PKK yang sering berkumpul, sampai mereka berkunjung ke pameran Go Green di Senayan tahun 2009 dan melihat kerajinan tangan sampah plastik. Lalu berangkat dari sana mereka pun mulai belajar untuk mempraktekkannya sendiri. Mereka pun lalu belajar dari buku atau mendatangi pameran atau belajar dari komunitas yang sudah lebih dulu mempraktekkan hal ini.
Dan penggerak dari itu semua adalah ibu Sri. Beliau bercerita bahwa semuanya diawali dengan modal dia sendiri. Karena tidak ada yang membiayai pada waktu itu, maka beliau pun berinisatif sendiri. Dimulai dengan membeli 3 mesin jahit dan perlengkapan lainnya seperti bahan, benang, resleting, rantai dan lain-lain. Lalu tidak hanya sampai disitu, setiap ibu-ibu yang datang dan berhasil membuat sekitar 200 bungkus plastik untuk dibentuk, maka akan diberi ongkos dari ibu Sri sekitar 25 ribu, hal ini ditujukan agar ibu-ibu termotivasi dan bersemangat. Dan beberapa bulan sekali, ibu Sri pun mengajak mereka tamasya atau berjalan-jalan untuk refreshing. Alasan utamanya adalah untuk silaturahmi. Tapi dari semua itu yang sangat disayangkan adalah pemasaran dari produk yang telah berhasil mereka buat. Mereka tidak tahu cara memasarkannya, sudah beberapa kali mereka mengikuti pameran tapi penjualannya tidak seberapa. Tapi memang niat awal dari ibu Sri adalah tidak untuk bisnis, selain silaturahmi antar warga dan mengisi kegiata PKK, beliau hanya ingin agar warga disekitarnya sadar akan kebersihan dilingkungan sekitar. Maka untuk memotivasi hal tersebut, beliau pun juga memberikan upah indomie untuk tiap sampah plastik yang datang diantar ke rumah beliau. Tentu saja sampah tersebut sudah dibersihkan dan jumlah indomie yang diberikan disesuaikan kira-kira dengan jumlah bungkus plastik yang diberikan oleh warga.
Pernah ada wakil dari Pemda DKI yang meminta mereka untuk ikut serta dalam pameran acara pemerintahan mengenai sampah plastik, tapi dalam acara tersebut yang sangat disayangkan adalah para anggota yang hadir khususnya anggota pemerintah, tidak ada yang membeli produk yang dipamerkan. Harusnya pemerintah bisa mencontohkan atau paling tidak berusaha menyenangkan para peserta pameran agar lebih menyemangati mereka dalam berkreasi lagi. Malah ada yang minta gratis.
Menurut mereka pemerintah hanya bisa membuat slogan “Jagalah kebersihan” atau “Jangan buang sampah di kali” tapi untuk menuju kesana, mereka tidak membuat sesuatu yang membuat warga tergerak. Seperti yang terjadi di sungai ciliwung dekat tempat mereka tinggal, harusnya pemerintah bisa membuat sesuatu seperti: menyediakan bak sampah di tempat tertentu dekat sungai ciliwung agar warga tidak membuangnya ke sungai. Dan tidak hanya sampai disitu, harusnya secara rutin ada mobil bak pengangkut sampah yang mengangkut sampah tersebut tiap berapa hari sekali, dan pastinya tidak dikenakan biaya. Karena salah satu alasan kenapa warga tidak membuang sampah ke tempat sampah, karena sampah mereka tidak ada yang mengangkut dikarenakan warga memang tidak mau mengeluarkan biaya untuk jasa pengangkutan sampah. Dan alasannya adalah bahwa uang mereka untuk hidup sendiri saja pas-pas an. Maka dengan mengambil jalan pintas mereka pun berasumsi bahwa lebih baik buang ke sungai dan sungai pasti akan mengalirkan sampah tersebut ke suatu tempat yang jauh dari rumah mereka!! Ooooo Tuhan, sedihnya saya melihat cerita ini.
Untuk itu ibu Sri pun berencana untuk membuat tempat sampah di tempat tertentu dekat perumahan warga dan mengkoordinasi warga yang mau mengeluarkan uangnya untuk membiayai jasa pengangkutan sampah. Jadi diharapkan warga akan mengantarkan sampahnya ketempat tersebut dan pastinya sampah tersebut akan diangkut oleh dinas yang terkait.
Untuk sampah plastik pun ibu Sri juga memotivasi mereka untuk mengantarkan sampah plastik ke rumahnya, walaupun diimingi dengan imbalan tapi hal ini paling tidak menurut beliau akan bisa menyadarkan warga untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Lain halnya dengan sampah, lain halnya dengan pertamanan. Mereka pernah melaporkan ke dinas pertamanan bahwa ada pohon yang harus ditebang di pinggir jalan raya karena nyaris rubuh, berhubung mereka dilarang untuk menebang sendiri maka mereka menghubungi dinas pertamanan tersebut. Tapi dihubungi beberapa kali, dinas pertamanan tak kunjung datang sampai akhirnya pohon tersebut pun rubuh dengan sendirinya dan menimpa kendaraan yang sedang melintas.
Ibu Sri tinggal di daerah cililitan mulai sekitar tahun 1978, pada waktu itu kondisi sungai ciliwung sangat bening dan bersih. Sampai-sampai beliau bisa mencuci piring disana. Mulai sekitar tahun 2000 an sungai pun berubah dan makin parah setiap harinya. Entah mungkin karena makin padatnya pemukiman dan kurang kesadaran warga dan juga kurangnya pembinaan dari pemerintah, maka hal ini yang menyebabkan lingkungannya menjadi kotor.
Beliau sangat prihatin dengan kondisi ini dan berusaha untuk menjadi solusinya. Sebagai istri dari ketua RW di lingkungannya, beliau berusaha untuk mewujudkan solusi dan memberi contoh kepada warga. Dengan dukungan keluarga, maka sedikit demi sedikit solusinya terwujud. Walau tidak bisa menjahit dan tidak terlalu pandai membuat sesuatu dari sampah plastik, tapi ide dan niat beliau tetap dapat terwujud.
Walaupun harus mengeluarkan biaya sendiri dan dari kerajinan sampah plastik belum tentu menghasilkan uang tapi berangkat dari niat awal untuk silaturahmi dan membersihkan lingkungan, beliau tetap semangat menjalaninya.
Beliau berkata, bahwa sudah ada beberapa kelompok pengrajin sampah plastik di Jakarta dan sukses memasarkan produknya dan menjadikan hal ini sebagai bisnis, tapi beliau hanya ingin meyadarkan warga bahwa pedulilah terhadap sampah di sekitar lingkungan.
Sebagai seorang pendengar, saya sangat terharu dan salut. Mencoba untuk membantu dengan memperkenalkan produknya kepada masyarakat. Semoga akan banyak ibu Sri di luar sana. Dan sebagai generasi penerus, saya rasa hal ini harus diajarkan kepada generasi saya dan di bawah saya untuk melakukan hal yang sama bahkan harus lebih dari hal ini. Karena kalau bukan dari kita, lalu siapa lagi yang akan peduli!! Dimulai dari lingkungan sekitar lalu teruskan ke lingkungan yang lebih luas. Semoga kita bisa menjadi bagian dari solusi dalam kehidupan yang mungkin sudah semakin memprihatinkan.
Dari ibu Sri, saya belajar bahwa segala sesuatu harus dimulai dari diri sendiri dan umur bukanlah penghalang untuk tetap berkreasi mewujudkan solusi bagi kehidupan. Bagiku beliau adalah pahlawan kota Jakarta.
Salam,
Semoga menginspirasi.
Semoga menginspirasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar